Mudah-mudahan
Allah yang Maha Menguasai segala-galanya selalu membukakan hati kita
agar bisa melihat hikmah dibalik setiap kejadian apapun yang terjadi.
Yakinlah tidak ada satu kejadian pun yang sia-sia, tidak ada suatu
kejadian pun yang tanpa makna, sangat rugi kalau kita menghadapi hidup
ini sampai tidak mendapat pelajaran dari apa yang sedang kita jalani.
Hidup ini adalah samudera hikmah tiada terputus. Seharusnya apapun yang
kita hadapi, efektif bisa menambah ilmu, wawasan, khususnya lagi bisa
menambah kematangan, kedewasaan, kearifan diri kita sehingga kalau kita
mati besok lusa atau kapan saja, maka warisan terbesar kita adalah
kehormatan pribadi kita, bukan hanya harta semata. Rindukanlah dan
selalu berharap agar saat kepulangan kita nanti, saat kematian kita
adalah saat yang paling indah.
Harusnya
saat malaikat maut menjemput, kita benar-benar dalam keadaan siap,
benar-benar dalam keadaan khusnul khatimah. Harus sering dibayangkan
kalau saat meninggal nanti kita sedang bagus niat, sedang bersih hati,
keringat sedang bercucuran di jalan Allah SWT. Syukur-syukur kalau nanti
kita meninggal, kita sedang bersujud atau sedang berjuang di jalan
Allah. Jangan sampai kita mati sia-sia, seperti yang diberitakan
koran-koran tentang seorang yang meninggal sedang nonton di bioskop.
Terang saja buruk sekali orang yang meninggal di bioskop, apalagi
misalnya film yang ditontonnya film (maaf) “Gairah Membara”, film
maksiat, na’udzubillah. Dia akan “membara” betulan di neraka nanti.
Ingat maut adalah hal yang sangat penting.
Tiada
kehormatan dan kemuliaan kecuali dari Engkau wahai Allah pemilik alam
semesta, yang mengangkat derajat siapa pun yang Engkau kehendaki dan
menghinakan siapa pun yang Engkau kehendaki, segala puji hanyalah
bagi-Mu dan milik-Mu. Shalawat semoga senantiasa terlimpah bagi kekasih
Allah, panutan kita semua Rasulullah SAW.
Sahabat,
percayalah sehebat apapun harta, gelar, pangkat, kedudukan, atau
atribut duniawi lainnya tak akan pernah berharga jikalau kita tidak
memiliki harga diri. Apalah artinya harta, gelar, dan pangkat, kalau
pemiliknya tidak punya harga diri.
Hidup
di dunia hanya satu kali dan sebentar saja. Kita harus
bersungguh-sungguh meniti karier kehidupan kita ini menjadi orang yang
memiliki harga diri dan terhormat dalam pandangan Allah SWT juga
terhormat dalam pandangan orang-orang beriman. Dan kematian kita pun
harus kita rindukan menjadi sebaik-baik kematian yang penuh kehormatan
dan kemuliaan dengan warisan terpenting kehidupan kita adalah nama baik
dan kehormatan kita yang tanpa cela, kehinaan.
Langkah
awal yang harus kita bangun dalam karier kehidupan ini adalah tekad
untuk menjadi seorang muslim yang sangat jujur dan terpercaya sampai
mati. Seperti halnya Rasulullah SAW memulai karier kehidupannya dengan
gelar kehormatan Al Amin (seorang yang sangat terpercaya).
Kita
harus berjuang mati-matian untuk memelihara harga diri kehormatan kita
menjadi seorang muslim yang terpercaya, sehingga tidak ada keraguan sama
sekali bagi siapapun yang bergaul dengan kita, baik muslim maupun non
muslim, baik kawan atau lawan, tidak boleh ada keraguan terhadap ucapan,
janji, maupun amanah yang kita pikul. Oleh karena itu,
Pertama,
jaga lisan kita. Jangan pernah berbohong dalam hal apapun. Sekecil dan
sesederhana apapun, bahkan betapa pun terhadap anak kecil atau dalam
senda gurau sekalipun. Harus benar-benar bersih dan meyakinkan, tidak
ada dusta, pastikan tidak pernah ada dusta! Lebih baik kita disisihkan
karena kita tampil apa adanya, daripada kita diterima karena berdusta.
Sungguh tidak akan pernah bahagia dan terhormat menjadi seorang
pendusta. (Tentu saja bukan berarti harus membeberkan aib-aib diri yang
telah ditutupi Allah, ada kekuasaan tersendiri, ada kekhususan
tersendiri. Jujur bukan berarti bebas membeberkan aib sendiri).
Kedua,
jaga lisan, jangan pernah menambah-nambah, mereka-reka, mendramatisir
berita, informasi, atau sebaliknya meniadakan apa yang harus
disampaikan. Sampaikanlah berita atau informasi yang mesti disampaikan
seakurat mungkin sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kita terkadang
suka ingin menambah-nambah sesuatu atau bahkan merekayasa kata-kata atau
cerita. Jangan lakukan! Sama sekali tidak akan menolong kita, nanti
ketika orang tahu informasi yang sebenarnya, akan runtuhlah kepercayaan
mereka kepada kita.
Ketiga,
jangan sok tahu atau sok pintar dengan menjawab setiap dan segala
pertanyaan. Nah, orang yang selalu menjawab setiap pertanyaan bila tanpa
ilmu akan menunjukkan kebodohan saja. Yakinlah kalau kita sok tahu
tanpa ilmu itulah tanda kebodohan kita. Yang lebih baik adalah kita
harus berani mengatakan “tidak tahu” kalau memang kita tidak
mengetahuinya, atau jauh lebih baik disebut bodoh karena jujur apa
adanya, daripada kita berdusta dalam pandangan Allah.
Keempat,
jangan pernah membocorkan rahasia atau amanat, terlebih lagi
membeberkan aib orang lain. Jangan sekali-kali melakukannya. Ingat
setiap kali kita ngobrol dengan orang lain, maka obrolan itu jadi amanah
buat kita. Bagi orang yang suka membocorkan rahasia akan jatuhlah harga
dirinya. Padahal justru kita harus jadi kuburan bagi rahasia dan aib
orang lain. Yang namanya kuburan tidak usah digali-gali lagi kecuali
pembeberan yang sah menurut syariat dan membawa kebaikan bagi semua
pihak. Ingat, bila ada seseorang datang dengan menceritakan aib dan
kejelekan orang lain kepada kita, maka jangan pernah percayai dia,
karena ketika berpisah dengan kita, maka dia pun akan menceritakan aib
dan kejelekan kita kepada yang lain lagi.
Kelima,
jangan pernah mengingkari janji dan jangan mudah mengobral janji.
Pastikan setiap janji tercatat dengan baik dan selalu ada saksi untuk
mengingatkan dan berjuanglah sekuat tenaga dan semaksimal mungkin untuk
menepati janji walaupun dengan pengorbanan lahir batin yang sangat besar
dan berat. Ingat, semua pengorbanan menjadi sangat kecil dibandingkan
dengan kehilangan harga diri sebagai seorang pengingkar janji, seorang
munafik, na’udzubillah. Tidak artinya. Semua pengorbanan itu kecil
dibanding jika kita bernama si pengingkar janji. Rasulullah SAW pernah
sampai tiga hari menunggu orang yang menjanjikannya untuk bertemu,
beliau menunggu karena kehormatan bagi beliau adalah menepati janji.
(dikutip dari Kumpulan Tausyiah Aa Gym).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar